Senin, 15 Desember 2008

MENGENAL SILSILAH MARGA HASIBUAN


Marga Sebagai identitas diri khususnya bagi masyarakat suku batak, merupakan salah satu identitas dalam membina kekompakan serta solidaritas sesama anggota marga sebagai keturunan dari satu leluhur, sehingga keutuhan marga - marga itu dalam kehidupan sistem " DALIHAN NA TOLU " akan tetap abadi dan lestari sepanjang masa.

Dimana fungsi marga itu adalah sebagai landasan pokok yang menganut ketertiban dalam masyarakat suku batak mengenai seluruh jenis hubungan seperti dalam adat pergaulan sehari - hari, dalam adat dalihan na tolu dan sebagainya.

Dalam silsilah masyarakat suku batak ( dalam struktur tarombo ) bahwa si Raja Hasibuan adalah keturunan dari si Raja Sobu, si Raja Sobu yang hidup pada abad xv atau sekitar tahun 1455 adalah keturunan ke V dari si Raja Batak, ayahnya bernama Tuan Sorbadibanua anak dari istrinya yang ke dua bernama si Boru Basopaet ( Putri Mojopahit ).

Si Raja Sobu memiliki dua orang anak putra yang bernama Raja Tinandang atau lebih dikenal dengan bernama Toga Sitompul dan adiknya si Raja Hasibuan.Dimasa kecilnya, Toga Sitompul dan si Raja Hasibuan tinggal bersama orang tuanya di Desa Lobu Galagala yang terletak di kaki Gunung Dolok Tolong ( Kabupaten Toba Samosir saat ini ) dan setelah beranjak dewasa si Raja Hasibuan pergi merantau ke Desa Sigaol - Uluan dan menetap disana yang pada akhirnya menjadi bona pasogitnya Marga Hasibuan, dan ia pun mangalap boruni rajai boru Simatupang dari Muara.

Si Raja Hasibuan memiliki 5 anak (putra) dan 5 boru (putri), anak pertama bernama Raja Marjalo dan tinggal di Sigaol - Uluan dan tetap memakai marga Hasibuan, namun setelah berumah tangga Raja Marjalo membuat atau membuka perkampungan baru yang diberi nama Hariaramarjalo di Lumban Bao Sigaol saat ini, Hariara (pohon ara) marjalo (namanya) dan membuat pertanda dengan menamakan pohon Hariara (ara) yang samapai saat ini masih berdiri kokoh dan di sampingnya telah dibangun Monumen si Raja Hasibuan yang sudah diresmikan tahun 2002 lalu.

Anak kedua adalah bernama Guru Mangaloksa, dan pergi merantau ke daerah Silindung dan menetap disana di kampung Marsaitbosi dan menikah dengan marga boru (putri) Pasaribu.Keturunan Guru Mangaloksa telah memakai nama/marga baru yaitu marga Hutagalung, marga Hutabarat, marga Hutatoruan dan marga Lumbantobing, sementerata keturunan marga Panggabean ada yang menjadi marga Simorangkir dan keturunan dari Guru Mangaloksa ini dikemudian hari dikenal dengan sebutan " SI OPAT PUSORAN ", menurut cerita bahwa sebahagian keturunan Guru Mangaloksa yang merantau ke Tapanuli Sealatan Sipirok tetap memaki marga Hasibuan, begitu juga dengan marga Hasibuan dan marga Lumbatobing yang bermukim di Laguboti.

Anak ke tiga dari si Raja Hasibuan adalah Guru Hinobaan, dan pergi merantau ke Barus / Sibolga atau Asahan dan tetap memakai marga Hasibuan.

Anak ke empat adalah bernama Guru Maniti dan dikabarkan pergi meranatau ke daerah Aceh ( Nangro Aceh Darussalam saat ini ), dan kemungkinan keturunan inilah yang mengaku batak sampulu pitu (17) yang bermukim di kabupaten Alas saat ini, dan hingga saat ini Parsadaan Pomparan ni Raja Hasibuan dimanapun berada masih menanti kembalinya keturunan anak yang hilang ini.Anak ke lima adalah Guru Marjalang, dan ini pergi merantau ke Padang Bolak / Sibuhuon Tapanuli Selatan dan tetap memakai Marga Hasibuan.

Sedangkan ke lima boru (putri) si Raja Hasibuan adalah bernama Si Boru Turasi dan marhamulian/marhuta (kawin) dengan marga Sitorus Pane di Lumban Lobu, Si Boru Tumandi marhamulian/marhuta (kawin) dengan Marga Panjaitan di Sitorang, Si Boru Taripar laut marhamulian/marhuta (kawin) dengan marga Simanjuntak di Sitandohan Balige, Si Boru Sande Balige ke marga Siahaan di Hinalang Balige, dan Si Boru Nauli ke marga Siringo-ringo di Muara, dan ketika diadakan perayaan Monumen si Raja Hasibuan di Lumban Bao Hariaramarjalo tahun 2002 lalu semua perwakilan dari si Raja hasibuan dan boru hadir bersama rombongannya masing - masing, kecuali keturunan dari Guru Maniti yang tidak hadir.

Hingga saat ini, hukum dan tatanan adat tidak memperbolehkan marga Hasibuan untuk menikah dengan keturunan Guru Mangaloksa, walaupun berlainan marga begitu juga sebaliknya, tetapi anehnya sesama keturunan Guru Mangaloksa yang berbeda marga telah bisa dijadikan suami atau istri.

Paling anehnya lagi, marga Hasibuan di sebut tidak memiliki pogu (empedu) katanya:"Hasibuan na so marpogu on ( Hasibuan yang tidak punya empedu ini ), rupanya, waktu mudanya si Raja Hasibuan sering lari pagi bersama kuda kesayangannya, sehingga para tetangga secara iseng memberi julukan " na songon hoda mi do ho dang olo loja " ( rupanya kamu seperti kuda mu, tidak mau lelah ), atau apakah memang kuda tidak punya empedu ? atau barang kali si Raja Hasibuan dulunya adalah pekerja keras sehingga para adeknya semua berhasil menjadi gelar " Guru ".

erlin hasibuan parsaba langit.

TENTANG BLOG INI


Gantungkalah cita-citamu setinggi langit dan tuntutlah ilmu ke negeri cina ?kata orang, apakah ada hubungannya dengan blog ini ? saya kurang tau, namun untuk belajar mengetahui tehknologi ini mungkin tidak ada istilah terlambat, misalnya dalam pembuatan wabsite saya ini, karena baru terpikirkan untuk membuatnya,

Diawali dengan bergabungnya saya menjadi penulis alias pemburu berita alias kuli tinta dan sebagainya di Majalah Media Marga yaitu salah satu media Indevenden berisikan informasi hiburan, sosial budaya dan pariwisata, sehingga keinginan dan niat saya untuk menuliskan kembali berupa cerita atau legenda - legenda alias turi - turian yang ada di tanah batak dapat tersalurkan.

Dengan penulisan kembali sejarah atau legenda alias turi-turian yang ada di tanah batak hanyalah sekedar mengingatkan kepada generasi muda untuk lebih mengetahui dan menghormati sejarah kebudayaan yang ada di tanah batak pada khususnya, sehingga penempatan marga di belakang namanya jangan di kira hanya berupa tulisan hiasan saja, walaupun ada peribahasa yang mengatakan " Apalah arti sebuah nama ".

Apa lagi di jaman serba canggih ini, khususnya dalam masyarakat suku batak, contohnya dalam pembuatan/ pemberian nama putra/putrinya yang baru dilahirkan telah memberikan nama - nama orang terkenal, misalnya nama-nama pemain bola yang namanya lagi ngetop di masyarakat, yang sangat sulit diucapkan apalagi kalau ompung - ompung kita yang masih tinggal di bona pasogit untuk memanggilnya.

Untuk anakku (Putriku) tersayang, tetapkanlah cita-citamu sesuai dengan bakat yang kau miliki, karena itu suatu saat nanti akan berguna bagi orang lain paling tidak untuk dirimu sendiri, dan janganlah kamu gantungkan cita-citamu anakku, karena sesuatu yang tergantung suatu saat nanti akan terjatuh juga.

Akhir kata, terima kasih yang setulus-tulusnya saya sampaikan kepada yang membuat blog ini, apakah anda dari negaraCcina,negara Indonesia dan dari negara lainnya saya kurang tau.

Rabu, 10 Desember 2008